Episode 3: Gadis yang Selalu Ingin Dipeluk
Ada
orang-orang yang hidupnya seperti dinding tegak, kokoh, tak mudah ditembus.
Dan ada yang seperti jendela—terbuka, rentan, tapi
mengizinkan cahaya masuk dan keluar semaunya.
Resa adalah jendela itu.
Terbuka, lembut, dan selalu tampak ingin diisi.
Aku tidak terlalu mengenalnya. Tapi akhir-akhir ini, dia
sering muncul di ruang yang sama denganku. Entah di kantin, di kelas, bahkan
sekali waktu duduk di sebelahku di taman. Tidak bicara banyak, hanya senyum dan
menatap layar ponselnya, seolah menunggu seseorang yang tak kunjung datang.
Hari itu, dia duduk dengan napas berat.
“Cowokku selingkuh,” katanya, tanpa permisi.
Seolah-olah aku adalah buku harian yang bisa dibuka siapa
saja.
Aku hanya menatapnya sebentar. Tidak bilang ‘kasihan’, tidak
juga ‘kamu pantas dapat yang lebih baik’.
Resa tertawa pahit melihat reaksiku. “Kamu pasti mikir,
‘makanya jangan pacaran’, ya?”
Aku mengangkat bahu.
“Aku nggak mikir apa-apa,” jawabku datar.
Resa menunduk, memainkan jari-jarinya.
“Aku cuma… pengen ngerasa dicintai aja, Chil. Kayak,
dipeluk, dimengerti, dianggap penting. Tapi setiap kali aku dapat itu, aku
malah jadi orang lain. Aku jadi terlalu bergantung. Terlalu takut ditinggal.”
Aku tidak menjawab. Tapi kata-katanya menempel di pikiranku
seperti embun di kaca jendela.
Apakah semua orang yang ingin dicintai, harus kehilangan
sedikit dari dirinya?
Dia menatapku lama, lalu berkata, “Kamu kayaknya nggak
pernah takut ditinggal, ya.”
Aku menoleh pelan. Menatap matanya yang penuh luka, lalu
berkata lirih,
“Aku cuma nggak pengen digenggam sampai lupa rasanya berdiri
sendiri.”
Resa tersenyum kecut. “Pantes banyak yang naksir kamu, tapi
kamu kayak nggak ngebolehin siapa-siapa deket.”
Aku pura-pura nggak dengar. Seperti biasa.
Sore itu aku pulang lebih awal. Kepalaku penuh. Tapi bukan
karena Resa.
Lebih karena aku mendengar sesuatu yang sebenarnya sudah
lama kutahu, tapi belum pernah aku ucapkan dengan jujur.
Malamnya, aku duduk di dekat jendela. Buku puisiku terbuka
di pangkuan. Dan di halaman belakangnya, kutulis satu kalimat baru:
“Jika pelukan membuatku lupa bagaimana memeluk diri
sendiri, maka mungkin bukan pelukan itu yang harus kupilih.”
Dan malam itu aku sadar Resa, dengan luka dan kebutuhannya,
telah memantulkan sesuatu dari diriku.
Bahwa aku bukan anti cinta.
Aku hanya takut cinta mengubah arah kakiku.
“Cerita chila Dimiliki Tanpa Hilang episode 4”
🌙 Segera Hadir...
ConversionConversion EmoticonEmoticon