Dimiliki Tanpa Hilang
Episode
1: Langkah Pertama yang Bisu
Kampus ini terlalu ramai untuk orang yang terlalu penuh isi
kepala.
Jadi aku memilih tempat paling sepi di tengah keramaian
pojok taman belakang fakultas, di bawah pohon yang daunnya tak pernah gugur
sepenuhnya.
Di sana aku bisa diam.
Dan dalam diam itu, aku bisa mendengar banyak hal suara
angin, percakapan orang yang lewat tanpa sadar, bahkan suara detak jantungku
sendiri saat terlalu lama kupendam sesuatu yang tak pernah selesai.
Aku duduk, menatap buku yang tidak benar-benar kubaca. Ada
puisi yang kutulis di pinggir halamannya. Satu kalimat, berulang:
"Kalau aku harus dimiliki, bisakah aku tetap jadi
diriku?"
Entah sejak kapan aku menulis begitu. Mungkin sejak aku
mulai merasa bahwa semua hubungan selalu ingin menarik seseorang mendekat… lalu
perlahan menghapus batas-batas yang membuatnya utuh.
Aku bukan orang yang gampang ditebak.
Bukan karena ingin terlihat misterius aku hanya tidak ingin
terlalu banyak hal diungkap saat belum waktunya.
Sore itu, tidak ada yang spesial. Tapi seseorang datang.
Langkahnya ragu. Suaranya masih asing.
“Maaf... kamu Chila, kan?”
Aku menoleh. Lelaki itu membawa dua kopi kaleng. Senyumnya
sedikit canggung, seperti sedang menebak arah angin.
“Iya,” jawabku singkat.
“Boleh duduk?” tanyanya, tetap berdiri.
Aku mengangguk pelan. Dia duduk, tapi tak langsung bicara.
Entah memang dia yang pendiam, atau dia tahu bahwa aku bukan orang yang bisa
diserbu dengan pertanyaan.
Namanya Romi. Aku tahu dari kertas absensi di kelas filsafat
minggu lalu. Tapi aku pura-pura lupa.
Dia mengulurkan satu kopi kaleng. Aku menerimanya, lalu
hanya berkata, “Thanks.”
Kami diam cukup lama. Tapi tidak canggung.
Dia tidak tahu, aku justru suka yang seperti ini hadir,
tanpa repot-repot mencoba membuka semua pintu yang bahkan belum dia ketuk.
Matahari mulai turun, dan cahaya keemasan menyelinap di
sela-sela daun.
“Aku sering lihat kamu di sini,” katanya akhirnya.
Aku tidak menanggapi. Karena aku tahu kalimat selanjutnya
pasti tentang itu kenapa aku suka sendirian.
Tapi dia tak lanjut bertanya. Dan anehnya, itu membuatku
sedikit nyaman.
Mungkin bukan tentang siapa yang datang lebih dulu. Tapi
siapa yang tahu cara duduk di sisimu tanpa membuatmu merasa harus membuka
semuanya.
Hari itu, aku pulang tanpa banyak kata. Tapi ada satu hal
yang tinggal di pikiranku:
Mungkin… hari ini, cerita pelan-pelan mulai.
“Cerita chila Dimiliki Tanpa Hilang episode 2”
🌙 Segera Hadir...
ConversionConversion EmoticonEmoticon